Selasa, 16 Agustus 2011

Seks Bisa Memacu Pertumbuhan Otak

Gambar: Edo rastaliank

  Manfaat seks kini tidak sebatas rekreasi dan prokreasi saja. Hubungan seks secara teratur ternyata juga dapat meningkatkan pertumbuhan otak.


Manfaat seks kini tidak sebatas rekreasi dan prokreasi saja. Hubungan seks secara teratur ternyata juga dapat meningkatkan pertumbuhan otak.

Jakarta, Manfaat seks kini tidak sebatas rekreasi dan prokreasi saja. Hubungan seks secara teratur ternyata juga dapat meningkatkan pertumbuhan otak.

Penelitian ini didasarkan pada temuan terdahulu, bahwa otak yang dipenuhi pikiran tidak menyenangkan cenderung lebih tidak berkembang.

Peneliti lantas ingin mengungkap, apakah hal yang sebaliknya berlaku jika otak diisi pikiran yang menyenangkan seperti pengalaman berhubungan seks.

Peneliti menggunakan mencit sebagai percobaanya. Hasilnya, mencit yang mendapat akses kawin setiap hari otaknya tidak menunjukkan glukokortikosteroid, senyawa yang menunjukkan tingkat stres tinggi dibanding yang kawin sekali dalam 2 pekan.

Dikutip dari Livescience, Minggu (9/8/2010), peneliti membuktikannya perkembangan sel otak menunjukkan proliferasi atau pertumbuhan sel otak yang lebih tinggi di daerah hippocampus, bagian otak yang terkait dengan kemampuan mengingat, jika melakukan kegiatan seks yang rutin.

Temuan ini menguatkan teori bahwa pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan dapat menghambat pertumbuhan sel otak. Namun efek tersebut bisa diatasi dengan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan, termasuk hubungan seks.


ras.TALIANK.blogspot.com

Pria Kurang Tidur Berisiko Jadi Tidak Jantan


img
Foto; rastaLIANK


New York, Kebanyakan orang mengira bahwa kurang tidur hanya berdampak pada produktivitas di tempat kerja karena konsentrasinya menurun. Padahal tak cuma itu, kurang tidur juga mempengaruhi kehidupan seksual karena bisa memicu impotensi pada pria.

Temuan ini merupakan kabar buruk bagi para pria, baik yang hobi bergadang maupun yang punya masalah tidur terutama Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau henti napas saat tidur. Meski waktu tidurnya cukup, OSA membuat kualitas tidur berkurang sehingga sama saja seperti kurang tidur.

Hubungan antara kualitas tidur yang buruk dengan impotensi alias disfungsi ereksi terungkap dalam sebuah penelitian terbaru di Mount Sinai Medical Center, New York City. Penelitian tersebut melibatkan 870 pria dewasa dengan usia rata-rata 47,3 tahun.

Dari jumlah tersebut, 63 persen di antaranya memiliki kualitas tidur yang buruk akibat menderita OSA. Setelah disesuaikan dengan berbagai faktor risiko termasuk kegemukan dan kebiasaan merokok, penderita OSA 2 kali lebih rentan impotensi dibandingkan partisipan yang lain.

Hasil penelitian ini memang tidak menjelaskan apakah OSA memicu impotensi, atau sebaliknya impotensi yang memicu OSA. Namun dengan adanya hubungan di antara keduanya, para peneliti menyarankan agar pasien impotensi juga harus diperiksa kualitas tidurnya.

Kurang Tidur Juga Berhubungan dengan Masalah Kencing

Sementara di Massacusetts, para peneliti dari New England Institute juga menemukan hubungan antara kualitas tidur yang buruk dengan berbagai masalah pada saluran kencing. Berbagai masalah tersebut antara lain inkonsistensi urine atau beser, serta infeksi saluran kemih.

Bukan hanya pada pria, hubungan antara tidur yang kurang berkualitas dengan masalah kencing justru lebih banyak ditemukan pada wanita. Pria dengan masalah tidur 8 persen lebih berisiko mengalami gangguan kencing, sementara angkanya pada wanita lebih tinggi yakni 13 persen.

Dua hasil penelitian tersebut baru akan dipresentasikan bersama-sama dalam pertemuan tahunan American Urological Association (AUA) yang akan berlangsung di Washington DC, akhir pekan ini.

"Kita telah mengetahui bahwa kualitas dan kuantitas tidur bisa memberi pengaruh yang luas bagi kesehatan, termasuk disfungsi ereksi dan berbagai gangguan pada saluran kemih," ungkap juru bicara AUA, Dr Kevin T McVary seperti dikutip dari HealthDay,