Selasa, 16 Agustus 2011

Makna 17 Agustus Bagi Rakyat Papua

Gambar; rastaliank_blogspot.com     Lince Kogoya, pedagang sayur di Jayapura mengaku tak tahu kapan hari kemerdekaan datang. 
VIVAnews - Meski Indonesia sudah merdeka 66 tahun, namun sebagian warganya belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Bahkan, sebagian warga Indonesia yang berada di ujung timur, masih hidup dalam kemiskinan dan keterisolasian.
Setiap tahun triliunan rupiah digelontorkan pemerintah pusat untuk pembangunan Papua, provinsi paling timur di Indonesia.  Langkah ini sudah sesuai dengan amanat Undang-undang Otonomi Khusus Papua. Namun, hal itu belum bisa mengatasi persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan di sana. Hanya segelintir orang Papua yang menikmati pemberlakuan otonomi khusus, yaitu mereka yang duduk di birokrasi. Tapi, itu sedikit. Sebagian besar rakyat Papua masih jadi penonton.

Lince Kogoya 46, seorang pedagang sayur mayur di Jalan Percetakan, Jayapura, ketika ditanya bagaimana perasaan menyambut ulang tahun Kemerdekaan, sama sekali tak tahu. Bahkan dia juga tak tahu kalau 17 Agustus itu jatuh pada Rabu ini.

"Aduh saya tra tau (tidak tau) apa itu hari Proklamasi, yang penting tong pu (kami punya) jualan laku," katanya.

Lince mengatakan, ia dan puluhan mama-mama Papua pedagang sayur, selama ini hanya sibuk berjualan. Mereka tak tahu hari besar negara. Yang dia tahu hanya tempat jualannya sering digusur. "Sejak tiga tahun lalu, pemerintah berjanji membuat pasar. Tapi sampai saat ini belum ada pasar."

Lince memiliki empat anak. Keempatnya masih sekolah. Ada yang sekolah menengah atas, menengah pertama, dan sekolah dasar. Semua dia biayai dari hasil berdagang sayur dan buah-buahan. Sebagian sayur yang ia jual, dari hasil bertani suaminya.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua Nason Uti mengatakan, Ulang Tahun Kemerdekaan belum bermakna bagi orang Papua. Sebab, sebagian besar orang Papua masih hidup dalam kemiskinan. "Bagaimana orang Papua merasakan  arti kemerdekaan, sementara mereka masih hidup dalam kesulitan," katanya. "Ini tantangan besar pemerintah ke depan."

Nason mengatakan, triliunan rupiah uang pemerintah yang digelontorkan ke Papua belum bisa menyentuh rakyat. "Yang muncul subur adalah koruptor-koruptor baru," katanya. Menurut dia, orang-orang Papua miskin di tanah sendiri karena tak tersentuh pembangunan.

Ia mengharapkan, ke depan pemerintah lebih serius memperhatikan masyarakat Papua, dengan mengedepankan pendekatan sosial, kesejahteraan, dan keadilan. ''Jangan lagi melakukan pendekatan militer, karena hanya menyisahkan traum," katanya.

Tokoh Papua Pater Neles Tebay mengatakan, persoalan Papua tidak akan pernah tuntas jika pemerintah dan semua pihak tidak pernah melakukan identifikasi masalah. "Keinginan merdeka muncul tentu karena ada sesuatu," katanya.

"Ibarat asap, ia ada karena ada api. Tapi jika hanya asapnya yang dipadamkan, apinya juga harus dimatikan."

• VIVAnews/ Rastaliank.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar